Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting

Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media di asumsi kan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Khalayak tidak hanya mempelajari isu-isu pemberitaan, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu atau topik tersebut. Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.
Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting
Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting ini mempunyai kelebihan karena mudah dipahami dan relatif mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat perhatian lebih banyak dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. Perkiraan ini dapat diuji dengan membandingkan hasil dari analisis isi media secara kuantitatif dengan perubahan pada pendapat umum yang diukur melalui survei pada dua (atau lebih) waktu yang berbeda. Teori ini menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:

  1. Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu.
  2. Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari pada isu-isu lain.

Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal.
Ide dasar pendekatan Agenda Setting seperti yang sering dikemukakan Bernard Cohen (1963) adalah bahwa “pers lebih dari pada sekadar pemberi informasi dan opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan”.
Dalam studi pendahuluan tentang Agenda Setting, McCombs dan Shaw (1972) menunjukkan hubungan di antara beberapa surat kabar tertentu dan pembacanya dalam isu-isu yang dianggap penting oleh media dan publik. Jenjang pentingnya isu publik ini disebut sebagai salience. Akan tetapi, studi ini sendiri bukanlah Agenda Setting seperti yang kita maksudkan, karena arah penyebabnya tidaklah jelas. Baik media ataupun publik bisa saja menimbulkan kesepakatan tentang jenjang isu-isu publik.
Selain itu, studi pendahuluan ini masih berupa suatu perbandingan umum, bukan perbandingan individual, seperti yang ditetapkan dalam hipotesis Agenda Setting ini. McCombs dan Shaw (1972) mengakui keterbatasan ini dalam studinya dan mengungkapkan bahwa “penelitian-penelitian lain harus meninggalkan konteks sosial yang umum dan memakai konteks psikologi sosial yang lebih spesifik”. Sayang sekali saran ini tidak sepenuhnya diikuti dalam hampir seluruh penelitian agenda setting yang dilakukan kemudian (Becker, 1982).
Di pihak lain, studi-studi berikutnya tentang Agenda Setting berhasil menetapkan urutan waktu dan arah penyebab. Dalam kondisi tertentu, peneliti menunjukkan bahwa media massa benar-benar dapat menentukan agenda bagi khalayak yang spesifik, paling tidak pada suatu tingkat agregatif (cf. Shaw dan McCombs, 1977).
McLeod et al. (1974) membandingkan agenda pembaca-pembaca sebuah surat kabar dengan pembaca-pembaca surat kabar lain di Madison, Wisconsin. Dari pengamatan ini ia dapat menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu ada perbedaan di antara keduanya.

Dalam pemberian suara, media ternyata tidak menunjukkan efek pada pemilih muda, yang baru pertama kali memberikan suaranya dan hanya sedikit mempengaruhi pemilih yang lebih tua. Pembagian lebih lanjut kelompok pemilih muda ini menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil menunjukkan bahwa mereka yang memiliki predisposisi partisan akan lebih dipengaruhi oleh agenda media. Akan tetapi, keterbatasan besar yang dihadapi penelitian ini disebabkan oleh liputan isu-isu publik surat kabar-surat kabar itu hampir sama.
Dalam suatu studi yang dilakukan pada orang-orang yang menonton dan tidak menonton perdebatan calon-calon presiden Amerika Serikat pada tahun 1976, peneliti dapat menunjukkan perbedaan dalam penentuan agenda di kalangan segmen-¬segmen khalayak yang spesifik. Di samping itu, ditunjukkan pula bahwa waktu memainkan peranan penting dalam proses tersebut (Becker et al., 1979; McLeod et al., 1979).
Sebagai perbandingan, suatu studi Agenda Setting surat kabar dan televisi di Barquisimeto, Venezuela oleh Chaffee dan Izcaray (1975) menunjukkan tiadanya efek yang diharapkan. Penggunaan media massa oleh responden kedua peneliti ini tidak mengarah pada meningkatnya salience untuk isu-isu yang menerima liputan media yang besar. Di sini tampak bahwa posisi sosial ekonomi responden memainkan peranan dalam menentukan kepentingan relatif beberapa isu publik.
Studi-studi ini menunjukkan bahwa agenda setting oleh media massa dapat terjadi dalam beberapa kondisi. Akan tetapi, kondisi yang berlaku di negara industri dan di negara sedang berkembang mungkin berbeda. Riset tentang agenda setting oleh media di negara-negara Dunia Ketiga masih perlu dilakukan, karena kebanyakan studi tentang agenda setting yang ada telah dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat.

Teori Agenda Setting Komunikasi

Teori Penentuan Agenda (bahasa Inggris: Agenda Setting Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.
Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada konsep “The World Outside and the Picture in our head”, penelitian empiris teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw ketika mereka meniliti pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang penting dalam membentuk realitas sosial kita, ketika mereka melaksanakan tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita.
Teori Agenda Setting Komunikasi
Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, meraka juga belajar sejauh mana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Misalnya, dalam merenungkan apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media massa tampaknya menentukan isu-isu yang penting. Dengan kata lain, media menetukan “acara” (agenda) kampanye. Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa.

Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan kepada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan para kandidat dalam suatu kempanye pemilu, media massa terlihat menentukan mana topik yang penting. Dengan kata lain, media massa menetapkan 'agenda' kampanye tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa. Dalam hal kampanye, teori ini mengasumsikan bahwa jika para calon pemilih dapat diyakinkan akan pentingnya suatu isu maka mereka akan memilih kandidat atau partai yang diproyeksikan paling berkompeten dalam menangani isu tersebut.

McCombs dan Shaw pertama-tama melihat agenda media. Agenda media dapat terlihat dari aspek apa saja yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan media terebut. Mereka melihat posisi pemberitaan dan panjangnya berita sebagai faktor yang ditonjolkan oleh redaksi. Untuk surat kabar, headline pada halaman depan, tiga kolom di berita halaman dalam, serta editorial, dilihat sebagai bukti yang cukup kuat bahwa hal tersebut menjadi fokus utama surat kabar tersebut. Dalam majalah, fokus utama terlihat dari bahasan utama majalah tersebut. Sementara dalam berita televisi dapat dilihat dari tayangan spot berita pertama hingga berita ketiga, dan biasanya disertai dengan sesi tanya jawab atau dialog setelah sesi pemberitaan.
Sedangkan dalam mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw melihat dari isu apa yang didapatkan dari kampanye tersebut. Temuannya adalah, ternyata ada kesamaan antara isu yang dibicarakan atau dianggap penting oleh publik atau pemilih tadi, dengan isu yang ditonjolkan oleh pemberitaan media massa.
McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi agenda-setting media massa bertanggung jawab terhadap hampir semua apa-apa yang dianggap penting oleh publik. Karena apa-apa yang dianggap prioritas oleh media menjadi prioritas juga bagi publik atau masyarakat.

Akan tetapi, kritik juga dapat dilontarkan kepada teori ini, bahwa korelasi belum tentu juga kausalitas. Mungkin saja pemberitaan media massa hanyalah sebagai cerminan terhadap apa-apa yang memang sudah dianggap penting oleh masyarakat. Meskipun demikian, kritikan ini dapat dipatahkan dengan asumsi bahwa pekerja media biasanya memang lebih dahulu mengetahui suatu isu dibandingkan dengan masyarakat umum.
Berita tidak bisa memilih dirinya sendiri untuk menjadi berita. Artinya ada pihak-pihak tertentu yang menentukan mana yang menjadi berita dan mana yang bukan berita.
Setelah tahun 1990an, banyak penelitian yang menggunakan teori agenda-setting makin menegaskan kekuatan media massa dalam mempengaruhi benak khalayaknya. Media massa mampu membuat beberapa isu menjadi lebih penting dari yang lainnya. Media mampu mempengaruhi tentang apa saja yang perlu kita pikirkan. Lebih dari itu, kini media massa juga dipercaya mampu mempengaruhi bagaimana cara kita berpikir. Para ilmuwan menyebutnya sebagai framing.
McCombs dan Shaw kembali menegaskan kembali tentang teori agenda setting, bahwa “the media may not only tell us what to think about, they also may tell us how and what to think about it, and perhaps even what to do about it” (McCombs, 1997)

Teori Komunikasi Dengan Tuhan

Komunikasi Dengan Tuhan Itu termasuk kemana ya ? Komunikasi Intrapersonal Atau Komunikasi Interpersonal ? "How do you communicate with your God? (Bagaimana anda komunikasi dengan Tuhan anda)?", demikian lemparan pertanyaan yang disampaikan oleh rekan kerja yang berasal dari Australia, disela-sela perjalanan pulang ke kantor selepas makan siang di Balikpapan beberapa hari lalu. Saya sempat gelagapan beberapa saat karena saya tidak menduga diberikan pertanyaan kelas berat.

Saya sempat terdiam beberapa saat. Sempat ada keraguan bagaimana menjawabnya sebab nampaknya rekan ini tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Kalau dia KTPnya Islam pasti dengan mudah saya jawab, "ya melalui shalat dan/a atau doa". Karena shalat dan/ atau berdoa itulah sarana untuk komunikasi (baca: mengadu, memohon, memesrai, mensyukuri) denganNya.

Namun, suasana hati saya yang lebih dalam memberikan pertanyaan jauh lebih berat "benarkah kamu merasakan interaksi (baca: dialog, komunikasi dua arah) denganNya dalam shalatmu?". Kalau shalatmu memang benar-benar "nyambung", kenapa masih mudah prasangka buruk kepada sesamamu? Kenapa masih berat mengeluarkan zakat dan berbagi kepada yang kurang beruntung? Kenapa masih malas dalam bekerja? Kalau kamu shalat kenapa mulutmu masih suka ghibah/menggunjing. .. pula, kenapa masih suka maksiat (maksiat telinga, mata, mulut, dll)?? Rasanya berondongan pertanyaan ini sulit dibendung.. juga, sulit dijawab.
Teori Komunikasi Dengan Tuhan
Rasanya, siang itu benar-benar terjadi konferensi dan debat luar biasa hebat dan dengan kecepatan luar biasa tinggi dalam semesta alam di dalam diri saya. Dhuerrrr!!!. .. Duhai diriku, apakah saya selama ini shalat, atau hanya melakukan gerakan senam aerobik. Selama ini rajin berdoa, atau sekedar membaca huruf-huruf Arab (yang dirangkai sehingga menjadi kalimat doa).

Manusia sesungguhnya adalah pelaku spiritual. Sejatinya ia bisa dengan mudah berkomunikasi dengan Tuhan karena Tuhan telah memasang "chip" didalam diri ini sebagai alat untuk komunikasi denganNya. Dengan kata lain, komunikasi denganNya bukan dengan kata-kata dan huruf-huruf. Namun, dengan "chip" yang Tuhan pasang didalam diri setiap manusia.

Bukankah Tuhan itu, bila boleh diibaratkan seperti sistem radio penyiaran, selalu non-stop "siaran" kepada manusia dan seluruh isi alam semesta ini. Isi siarannya bisa dalam bentuk rejeki, ilmu, petunjuk, kasih sayang, kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, peringatan .... dan lain-lain...

Yang menjadi pangkal segala masalah komunikasi tipe ini adalah apakah, kita sebagai radio receiver, sudah ON atau belum. Jangan-jangan lebih sering OFFnya. Kalau merasa sudah ON namun belum juga nyambung, coba digeser-geser dikit gelombangnya agar nyambung dengan jernih dan mantap. Atau, coba saja missed call kepadaNya dan yakinlah bahwa dalam waktu sangat cepat kita akan segera disambung. Dia-lah yang Maha Tahu tentang bagaimana menghubungiNya. Yang penting alat dan caranya seperti yang pernah diajarkan oleh Role Model terbaik dalam sejarah umat manusia, yakni Nabi & Rasul SAW.

Yakinilah bahwa Dia itu selalu ada dan dekat sekali. Percayalah bahwa Dia itu Sangat Lembut dan Maha Penyayang kepada siapapun dan apapun. Cobalah tengok dan amati baik-baik diri kita masing-masing secara cermat serta dalam suasana rileks dan tenang. Bukankah kita sesungguhnya tidak berperan apa-apa untuk memastikan sistem dalam tubuh kita terus berfungsi dan bertahun-tahun lamanya.

Atau, cobalah kita lawan fungsi-fungsi tersebut, maka bisa dipastikan sistem yang ada dalam diri kita akan rusak atau lebih fatal lagi akan binasa. Misalnya, kita tidak usah bernafas selama 5 menit saja. Lebih sederhana lagi, cobalah tahan tidak buang air (besar dan kecil) selama sehari semalam saja. Bisa dibayangkan secara jelas apa yang akan terjadi dengan sistem yang amat vital dalam tubuh kita.

Pernahkah kita turut andil dalam menakar jumlah air mata agar tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit. Sebab, bila terlalu banyak maka kita akan sulit melihat dengan jelas. Namun, bila terlalu sedikit maka mata kita akan iritasi dan kemungkinan akan rusak atau tidak berfungsi (buta). Terus, siapakah yang meramu kandungan/komposisi kimia air mata ini agar bisa bermanfaat, bukan meracuni sistem syaraf mata yang cukup sensisitf itu.

Jantung dan paru-paru itu lho.. terus bekerja ketika kita sedang tidur, jalan, atau bersantai dengan keluarga dan teman. Apakah mereka bekerja atas maunya sendiri atau ada yang Maha Hidup dan Maha Menggerakkan. Tuhan terus lakukan semua itu agar kita terus bisa hidup – sampai batas waktu yang ditetapkan kelak – dan sempat bertaubat, bersyukur dan "belajar" mengenalNya (Agar kelak ketika kembali tidak salah alamat). Namun, setiap kali bangun tidur kita sering lupa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan. Ucapan terima kasih yang tulus , santun dan lembut atas semua "karya" Tuhan yang kita ketahui maupun belum kita tahu.

Cobalah tengok diluar sana, milyaran bintang dan galaksi terus bergerak dalam lintasan orbitnya. Seolah patuh sekali dalam menjalankan tugasNya agar sistem kehidupan di alam semesta ini tetap berlangsung sebagaimana mestinya. Saya hanya bayangkan kalau salah satu saja dari mereka, katakanlah matahari, berbuat makar dan ugal-ugalan sehingga menimbulkan tabrakan. Sungguh sulit dibayangkan resikonya bagi kehidupan manusia di bumi yang amat sangat dan amat sangat kecil ini. Hal yang sama bila dalam "semesta" diri kita ada satu bagian yang mbalelo, maka kita akan sakit dan bisa berujung kepada kematian.

Brugggg.... saya kaget.. Eh, ternyata kawan saya menepuk pundak saya. "Are you OK, mate? (apakah anda baik-baik saja)?".. Saya jawab, "ya. Saya OK saja.. ". Lalu, saya bilang secara singkat kepadanya bahwa kalau mau komunikasi dengan Tuhan silakan di-missed call aja, kita nantinya akan dihubungiNya. Jangan bayangkan dengan huruf, simbol, kata atau suara karena otak tidak akan mampu membayangkanNya. Cukup diikhlaskan saja diri kita dialiri berbagai suasana dan rasa dari yang Maha Lembut dan Maha Penyayang." Saya tidak tahu apakah teman tersebut memahami apa yang saya sampaikan. Paling tidak dia manggut-manggut.

Psikologi Komunikasi Menurut Jalaludin Rahmat

Bahasan kali ini adalah tentang Psikologi Komunikasi Menurut Jalaludin Rahmat,Bila kita mencermati arti psikologi komunikasi dari kata-kata yang membentuknya, maka akan kita temukan dua kata yang berbeda maknanya, namun saling berkaitan, yaitu psikologi dan komunikasi. Psikologi sendiri, menurut Miller (1974:4) adalah ilmu yang berusaha menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol mental dan peristiwa yang berkaitan dengan perangai . Sedangkan komunikasi, menurut Hovland, Janis, dan Kelly (1953:12) berarti sebuah proses dimana seorang individu sebagai komunikator menyampaikan stimulant yang biasanya verbal untuk mengubah perilaku orang lainnya.
Psikologi Komunikasi Menurut Jalaludin Rahmat
Dari penjelasan di atas, kita dapat menemukan definisi harfiah dari psikologi komunikasi. Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.

Berbeda dengan tinjauan secara harfiah, kamus psikologi, Dictionary of behavioural science, menyebutkan ada enam pengertian komunikasi dalam kerangka psikologi, dua diantaranya adalah;

Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain. (K. Lewin)

Komunikasi adalah penyampaian perubahan energy dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara
Lima Tanda Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif, menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss (1974:9-13), paling tidak menimbulkan lima hal ; pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

Pengertian

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari sisi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan dan psikologi komunikator untuk menghindari hal tersebut.

Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Adapula komunikasi yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini kita perlu mempelajari psikologi tentang system komunikasi interpersonal.

Mempengaruhi Sikap

Bisa dikatakan bahwa komunikasi yang kita jalin kebanyakan adalah untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi membahasakannya dengan, komunikasi persuasive. Komunikasi ini memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. (Kamus Ilmu Komunikasi, 1979).

Hubungan Sosial yang Baik

Sebagai makhluk sosial yang tak pernah bisa sendiri dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih saying (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.

Tindakan

Menimbulkan tindakan nyata memang indicator yang baik untuk mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Hal ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga factor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

Semoga anda sudah paham mengenai Psikologi Komunikasi Menurut Jalaludin Rahmat ini

Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Karangan Deddy Mulyana

Deddy Mulyana
Ada yang sudah membaca buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Karangan Deddy Mulyana ? Menurut saya jika anda ingin faham dengan ilmu komunikasi secara mendalam saya rekomendasikan untuk membaca buku ini karena didalamnya terkandung nilai-nilai edukasi yang renyah untuk dinikmati.

Profesor Deddy Mulyana saat ini menjabat Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad). Pria kelahiran Bandung, 28 Januari 1958 ini telah lama melalang buana di bidang akademik. Selain sebagai seorang akademisi, Prof. Deddy juga dikenal luas sebagai seorang penulis buku.

Selama 36 tahun sejak tulisan pertamanya dimuat di media massa pada tahun 1974, Deddy yang meraih gelar doktor di Monash University ini, telah berhasil menulis lebih dari 30 judul buku. Tidak hanya itu, ratusan artikel ilmiah, fiksi, cerpen, cerita bersambung, dan puisi telah banyak ditulisnya dalam banyak surat kabar, majalah, dan jurnal ilmiah.

Sebagian besar karya Deddy membahas mengenai ilmu komunikasi. Bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi: Suatu Penghantar yang diterbitkan pada tahun 2000 berhasil menjadi best seller dan telah dicetak ulang sebanyak 14 kali. Seiring dengan komitmennya yang kuat untuk terus produktif berkarya, penghargaan pun telah banyak diperoleh Deddy, antara lain sebagai Mahasiswa Teladan Nasional (1981), Excellent Fulbright Student di Northern Illinois University, AS (1986) dan Inspirational Award dari Pemerintah Australia (2008). Penghargaan terakhirnya itu sendiri dia peroleh setelah dia berjasa mengembangkan Ilmu Komunikasi di Indonesia.

Pada tahun 2008, Deddy terpilih untuk menjabat sebagai Dekan Fikom Unpad hingga tahun 2012. Selama menjadi dekan, Deddy menunjukkan kinerjanya yang gemilang. Dia berhasil membawa Fakultas Komunikasi Unpad meraih penghargaan sebagai Best Universities School of Communications dari Majalah MIX Marketing Xtra (kelompok majalah SWA) pada awal tahun 2010 lalu.

Namun, Deddy kembali terpilih sebagai dekan Fikom periode 2012-2016. Dia dilantik langsung oleh Rektor Unpad. Rektor Unpad mengungkapkan banyak hal yang telah dicapai oleh Fikom Unpad pada masa jabatan Prof. Deddy sebelumnya. Namun, Rektor pun menekankan bahwa capaian tersebut jangan sampai tidak berkelanjutan.

Di luar kesibukan sebagai dekan dan guru besar, Prof. Deddy masih sering mengisi seminar atau ceramah-ceramah keagamaan. Di waktu luangnya, Prof. Deddy masih mengisinya dengan menulis buku dan menulis di media massa.
Untuk era saat ini, nama Deddy Mulyana, MA.,Ph.D bagi kalangan akademisi komunikasi di Indonesia, bukanlah nama asing.  Setidaknya, professor lulusan Monash University Australia itu sepertinya telah mengambil alih nama besar professor komunikasi lainnya di Indonesia. Sebut saja Prof Muis asal Makassar, seorang professor kawakan yang dulu sangat dikenal kepakarannya.

Kenapa? Karena buku-buku terbitan Deddy kini telah menjadi literature penting bagi pencinta ilmu komunikasi. Saking populernya, buku Deddy terus menjadi ‘best seller’ setiap kali diterbitkan. Saya tak tahu kenapa disebut ‘best seller’? apakah karena memang digemari ataukah sekedar ‘jurus ekonomi’ penerbitnya.Saya ikut menyebut ‘best seller’, karena hologram jingga yang tampil ‘eye catching’  dibagian sampul depan.

TEORI-TEORI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

Setelah sebelumnya saya membahas Komunikasi Intrapersonal secara konsef dan contohnya,Kali ini saya akan memberikan materi tentang TEORI-TEORI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL semoga mudah dipahami
TEORI-TEORI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

1.PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi social adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalma hubungan denagn situasi social. Latar belakang timbulnya psikologisosial berasal dari beberapa pandapat, misalnya Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologisosial berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi social antar manusia.
Gustave Le Bon berpendapat bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwamassa yang masing-masing berlainan sifatnya. Sigmund Freud berbeda dengan Le Bon, ia berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja tidakdisadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam.
Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi social tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai disebagian besar universitas. Dasar mempelajari psikologi social bedasarkan potensi-potensi manusia dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan. Potensi-potensi itu antara lain :
1. Kemampuan menggunakan bahasa
2. Adanya sikap etik
3. Hidup dalam 3 dimensi

2. Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)

Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term-memory (STM) lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term-memory (LTM). Otak manusia dianalogikan dengan komputer.
Terdapat dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Penyimpanan disini berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik.
Supaya dapat diingat, informasi harus dapat disandi (encoded) dan masuk pada STM. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi disebut rentangan memori (memori span). Untuk meningkatkan kemampuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk mengelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Bila informasi dapat dipertahankan pada STM, ia akan masuk pada LTM. Inilah yang umumnya disebut sebagai ingatan. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STM ke LTM dengan chunking, rehearsals, clustering, atau method of loci.

3. Teori Aus

Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Seperti otot, memori kita baru kuat bila dilatih terus menerus. Namun menurut Hunt, makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat. Dimana tidak selamanya waktu dapat mengauskan memori.

Sebenarnya masih banyak TEORI-TEORI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL yang lain yang bermunculan hingga saat ini, semoga next time saya bisa menjelaskannya untuk anda

Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi dijabarkan menjadi dua bagian menurut kepada siapa lawan kita berkomunikasi,Yakni Komunikasi Intrapersonal dan komunikasi Interpersonal. Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi antara kita dan diri kita sendiri. Seperti saat kita berdoa,berintropeksi diri,atau pada saat kita menentukan keputusan.
Komunikasi intrapersonal terjadi sebelum- pada saat- dan setelah terjadi komunikasi interpersonal. Dengan kata lain komunikasi intrapersonal mengiringi proses komunikasi interpersonal meski ia bisa berdiri sendiri. Komunikasi intrapersonal yang mengiri komunikasi interpersonal bertujuan untuk melakukan prediksi, evaluasi dan penguatan dalam kita berelasi sosial.
Komunikasi Intrapersonal
Sistem komunikasi intrapersonal adalah sebagai berikut;

  • Sensasi (menangkap stimulus)
  • Persepsi (pemberian makna sensasi menjadi informasi)
  • Memori (simpan dan recalling)
  • Berpikir (decision making, problem solving, and creative thinking)
Pada Tahun 1990 terjadi sebuah kekacauan, Sebuah buku yang bertajuk Komunikasi YearBook #5 mengeluarkan asumsi bahwa Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang memiliki konsef yang Cacat.Komunikasi intrapersonal, tampak, muncul dari serangkaian kejanggalan logis dan linguistik. Pengertian tentang ‘communicaton intrapersonal’ itu sendiri adalah ambigu: banyak definisi tampak melingkar karena mereka meminjam, menerapkan dan dengan demikian mendistorsi fitur konseptual (misalnya, pengirim, penerima, pesan, dialog) ditarik dari komunikasi antar-orang normal, tidak diketahui entitas atau orang -bagian yang diduga melakukan ‘intrapersonal’ tukar, dalam banyak kasus, sebuah bahasa yang sangat pribadi yang mengemukakan, setelah analisis, ternyata benar-benar dapat diakses dan akhirnya tidak dapat dipertahankan. Secara umum, komunikasi intrapersonal tampaknya timbul dari kecenderungan untuk menafsirkan proses mental batin yang mendahului dan menyertai perilaku komunikatif kita seolah-olah mereka juga jenis lain proses komunikasi. Titik keseluruhan adalah bahwa rekonstruksi proses mental batin kita dalam bahasa dan idiom percakapan sehari-hari masyarakat sangat dipertanyakan, lemah di terbaik.