Teori Komunikasi Dengan Tuhan
Komunikasi Dengan Tuhan Itu termasuk kemana ya ? Komunikasi Intrapersonal Atau Komunikasi Interpersonal ? "How do you communicate with your God? (Bagaimana anda komunikasi dengan Tuhan anda)?", demikian lemparan pertanyaan yang disampaikan oleh rekan kerja yang berasal dari Australia, disela-sela perjalanan pulang ke kantor selepas makan siang di Balikpapan beberapa hari lalu. Saya sempat gelagapan beberapa saat karena saya tidak menduga diberikan pertanyaan kelas berat.
Saya sempat terdiam beberapa saat. Sempat ada keraguan bagaimana menjawabnya sebab nampaknya rekan ini tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Kalau dia KTPnya Islam pasti dengan mudah saya jawab, "ya melalui shalat dan/a atau doa". Karena shalat dan/ atau berdoa itulah sarana untuk komunikasi (baca: mengadu, memohon, memesrai, mensyukuri) denganNya.
Namun, suasana hati saya yang lebih dalam memberikan pertanyaan jauh lebih berat "benarkah kamu merasakan interaksi (baca: dialog, komunikasi dua arah) denganNya dalam shalatmu?". Kalau shalatmu memang benar-benar "nyambung", kenapa masih mudah prasangka buruk kepada sesamamu? Kenapa masih berat mengeluarkan zakat dan berbagi kepada yang kurang beruntung? Kenapa masih malas dalam bekerja? Kalau kamu shalat kenapa mulutmu masih suka ghibah/menggunjing. .. pula, kenapa masih suka maksiat (maksiat telinga, mata, mulut, dll)?? Rasanya berondongan pertanyaan ini sulit dibendung.. juga, sulit dijawab.
Rasanya, siang itu benar-benar terjadi konferensi dan debat luar biasa hebat dan dengan kecepatan luar biasa tinggi dalam semesta alam di dalam diri saya. Dhuerrrr!!!. .. Duhai diriku, apakah saya selama ini shalat, atau hanya melakukan gerakan senam aerobik. Selama ini rajin berdoa, atau sekedar membaca huruf-huruf Arab (yang dirangkai sehingga menjadi kalimat doa).
Manusia sesungguhnya adalah pelaku spiritual. Sejatinya ia bisa dengan mudah berkomunikasi dengan Tuhan karena Tuhan telah memasang "chip" didalam diri ini sebagai alat untuk komunikasi denganNya. Dengan kata lain, komunikasi denganNya bukan dengan kata-kata dan huruf-huruf. Namun, dengan "chip" yang Tuhan pasang didalam diri setiap manusia.
Bukankah Tuhan itu, bila boleh diibaratkan seperti sistem radio penyiaran, selalu non-stop "siaran" kepada manusia dan seluruh isi alam semesta ini. Isi siarannya bisa dalam bentuk rejeki, ilmu, petunjuk, kasih sayang, kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, peringatan .... dan lain-lain...
Yang menjadi pangkal segala masalah komunikasi tipe ini adalah apakah, kita sebagai radio receiver, sudah ON atau belum. Jangan-jangan lebih sering OFFnya. Kalau merasa sudah ON namun belum juga nyambung, coba digeser-geser dikit gelombangnya agar nyambung dengan jernih dan mantap. Atau, coba saja missed call kepadaNya dan yakinlah bahwa dalam waktu sangat cepat kita akan segera disambung. Dia-lah yang Maha Tahu tentang bagaimana menghubungiNya. Yang penting alat dan caranya seperti yang pernah diajarkan oleh Role Model terbaik dalam sejarah umat manusia, yakni Nabi & Rasul SAW.
Yakinilah bahwa Dia itu selalu ada dan dekat sekali. Percayalah bahwa Dia itu Sangat Lembut dan Maha Penyayang kepada siapapun dan apapun. Cobalah tengok dan amati baik-baik diri kita masing-masing secara cermat serta dalam suasana rileks dan tenang. Bukankah kita sesungguhnya tidak berperan apa-apa untuk memastikan sistem dalam tubuh kita terus berfungsi dan bertahun-tahun lamanya.
Atau, cobalah kita lawan fungsi-fungsi tersebut, maka bisa dipastikan sistem yang ada dalam diri kita akan rusak atau lebih fatal lagi akan binasa. Misalnya, kita tidak usah bernafas selama 5 menit saja. Lebih sederhana lagi, cobalah tahan tidak buang air (besar dan kecil) selama sehari semalam saja. Bisa dibayangkan secara jelas apa yang akan terjadi dengan sistem yang amat vital dalam tubuh kita.
Pernahkah kita turut andil dalam menakar jumlah air mata agar tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit. Sebab, bila terlalu banyak maka kita akan sulit melihat dengan jelas. Namun, bila terlalu sedikit maka mata kita akan iritasi dan kemungkinan akan rusak atau tidak berfungsi (buta). Terus, siapakah yang meramu kandungan/komposisi kimia air mata ini agar bisa bermanfaat, bukan meracuni sistem syaraf mata yang cukup sensisitf itu.
Jantung dan paru-paru itu lho.. terus bekerja ketika kita sedang tidur, jalan, atau bersantai dengan keluarga dan teman. Apakah mereka bekerja atas maunya sendiri atau ada yang Maha Hidup dan Maha Menggerakkan. Tuhan terus lakukan semua itu agar kita terus bisa hidup – sampai batas waktu yang ditetapkan kelak – dan sempat bertaubat, bersyukur dan "belajar" mengenalNya (Agar kelak ketika kembali tidak salah alamat). Namun, setiap kali bangun tidur kita sering lupa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan. Ucapan terima kasih yang tulus , santun dan lembut atas semua "karya" Tuhan yang kita ketahui maupun belum kita tahu.
Cobalah tengok diluar sana, milyaran bintang dan galaksi terus bergerak dalam lintasan orbitnya. Seolah patuh sekali dalam menjalankan tugasNya agar sistem kehidupan di alam semesta ini tetap berlangsung sebagaimana mestinya. Saya hanya bayangkan kalau salah satu saja dari mereka, katakanlah matahari, berbuat makar dan ugal-ugalan sehingga menimbulkan tabrakan. Sungguh sulit dibayangkan resikonya bagi kehidupan manusia di bumi yang amat sangat dan amat sangat kecil ini. Hal yang sama bila dalam "semesta" diri kita ada satu bagian yang mbalelo, maka kita akan sakit dan bisa berujung kepada kematian.
Brugggg.... saya kaget.. Eh, ternyata kawan saya menepuk pundak saya. "Are you OK, mate? (apakah anda baik-baik saja)?".. Saya jawab, "ya. Saya OK saja.. ". Lalu, saya bilang secara singkat kepadanya bahwa kalau mau komunikasi dengan Tuhan silakan di-missed call aja, kita nantinya akan dihubungiNya. Jangan bayangkan dengan huruf, simbol, kata atau suara karena otak tidak akan mampu membayangkanNya. Cukup diikhlaskan saja diri kita dialiri berbagai suasana dan rasa dari yang Maha Lembut dan Maha Penyayang." Saya tidak tahu apakah teman tersebut memahami apa yang saya sampaikan. Paling tidak dia manggut-manggut.
Saya sempat terdiam beberapa saat. Sempat ada keraguan bagaimana menjawabnya sebab nampaknya rekan ini tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Kalau dia KTPnya Islam pasti dengan mudah saya jawab, "ya melalui shalat dan/a atau doa". Karena shalat dan/ atau berdoa itulah sarana untuk komunikasi (baca: mengadu, memohon, memesrai, mensyukuri) denganNya.
Namun, suasana hati saya yang lebih dalam memberikan pertanyaan jauh lebih berat "benarkah kamu merasakan interaksi (baca: dialog, komunikasi dua arah) denganNya dalam shalatmu?". Kalau shalatmu memang benar-benar "nyambung", kenapa masih mudah prasangka buruk kepada sesamamu? Kenapa masih berat mengeluarkan zakat dan berbagi kepada yang kurang beruntung? Kenapa masih malas dalam bekerja? Kalau kamu shalat kenapa mulutmu masih suka ghibah/menggunjing. .. pula, kenapa masih suka maksiat (maksiat telinga, mata, mulut, dll)?? Rasanya berondongan pertanyaan ini sulit dibendung.. juga, sulit dijawab.
Teori Komunikasi Dengan Tuhan |
Manusia sesungguhnya adalah pelaku spiritual. Sejatinya ia bisa dengan mudah berkomunikasi dengan Tuhan karena Tuhan telah memasang "chip" didalam diri ini sebagai alat untuk komunikasi denganNya. Dengan kata lain, komunikasi denganNya bukan dengan kata-kata dan huruf-huruf. Namun, dengan "chip" yang Tuhan pasang didalam diri setiap manusia.
Bukankah Tuhan itu, bila boleh diibaratkan seperti sistem radio penyiaran, selalu non-stop "siaran" kepada manusia dan seluruh isi alam semesta ini. Isi siarannya bisa dalam bentuk rejeki, ilmu, petunjuk, kasih sayang, kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, peringatan .... dan lain-lain...
Yang menjadi pangkal segala masalah komunikasi tipe ini adalah apakah, kita sebagai radio receiver, sudah ON atau belum. Jangan-jangan lebih sering OFFnya. Kalau merasa sudah ON namun belum juga nyambung, coba digeser-geser dikit gelombangnya agar nyambung dengan jernih dan mantap. Atau, coba saja missed call kepadaNya dan yakinlah bahwa dalam waktu sangat cepat kita akan segera disambung. Dia-lah yang Maha Tahu tentang bagaimana menghubungiNya. Yang penting alat dan caranya seperti yang pernah diajarkan oleh Role Model terbaik dalam sejarah umat manusia, yakni Nabi & Rasul SAW.
Yakinilah bahwa Dia itu selalu ada dan dekat sekali. Percayalah bahwa Dia itu Sangat Lembut dan Maha Penyayang kepada siapapun dan apapun. Cobalah tengok dan amati baik-baik diri kita masing-masing secara cermat serta dalam suasana rileks dan tenang. Bukankah kita sesungguhnya tidak berperan apa-apa untuk memastikan sistem dalam tubuh kita terus berfungsi dan bertahun-tahun lamanya.
Atau, cobalah kita lawan fungsi-fungsi tersebut, maka bisa dipastikan sistem yang ada dalam diri kita akan rusak atau lebih fatal lagi akan binasa. Misalnya, kita tidak usah bernafas selama 5 menit saja. Lebih sederhana lagi, cobalah tahan tidak buang air (besar dan kecil) selama sehari semalam saja. Bisa dibayangkan secara jelas apa yang akan terjadi dengan sistem yang amat vital dalam tubuh kita.
Pernahkah kita turut andil dalam menakar jumlah air mata agar tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit. Sebab, bila terlalu banyak maka kita akan sulit melihat dengan jelas. Namun, bila terlalu sedikit maka mata kita akan iritasi dan kemungkinan akan rusak atau tidak berfungsi (buta). Terus, siapakah yang meramu kandungan/komposisi kimia air mata ini agar bisa bermanfaat, bukan meracuni sistem syaraf mata yang cukup sensisitf itu.
Jantung dan paru-paru itu lho.. terus bekerja ketika kita sedang tidur, jalan, atau bersantai dengan keluarga dan teman. Apakah mereka bekerja atas maunya sendiri atau ada yang Maha Hidup dan Maha Menggerakkan. Tuhan terus lakukan semua itu agar kita terus bisa hidup – sampai batas waktu yang ditetapkan kelak – dan sempat bertaubat, bersyukur dan "belajar" mengenalNya (Agar kelak ketika kembali tidak salah alamat). Namun, setiap kali bangun tidur kita sering lupa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan. Ucapan terima kasih yang tulus , santun dan lembut atas semua "karya" Tuhan yang kita ketahui maupun belum kita tahu.
Cobalah tengok diluar sana, milyaran bintang dan galaksi terus bergerak dalam lintasan orbitnya. Seolah patuh sekali dalam menjalankan tugasNya agar sistem kehidupan di alam semesta ini tetap berlangsung sebagaimana mestinya. Saya hanya bayangkan kalau salah satu saja dari mereka, katakanlah matahari, berbuat makar dan ugal-ugalan sehingga menimbulkan tabrakan. Sungguh sulit dibayangkan resikonya bagi kehidupan manusia di bumi yang amat sangat dan amat sangat kecil ini. Hal yang sama bila dalam "semesta" diri kita ada satu bagian yang mbalelo, maka kita akan sakit dan bisa berujung kepada kematian.
Brugggg.... saya kaget.. Eh, ternyata kawan saya menepuk pundak saya. "Are you OK, mate? (apakah anda baik-baik saja)?".. Saya jawab, "ya. Saya OK saja.. ". Lalu, saya bilang secara singkat kepadanya bahwa kalau mau komunikasi dengan Tuhan silakan di-missed call aja, kita nantinya akan dihubungiNya. Jangan bayangkan dengan huruf, simbol, kata atau suara karena otak tidak akan mampu membayangkanNya. Cukup diikhlaskan saja diri kita dialiri berbagai suasana dan rasa dari yang Maha Lembut dan Maha Penyayang." Saya tidak tahu apakah teman tersebut memahami apa yang saya sampaikan. Paling tidak dia manggut-manggut.